Khotbah: Matius 11:25-30. TEMA : Perbuatan Yang Berkenan Bagi Tuhan Berdasarkan pendekatan konteks Matius 11:25-30, seharusnya kita memahami bahwa perikop ini tidak berbicara tentang persoalan jasmaniah seperti permasalahan hidup manusia, tetapi persoalan hukum Taurat yang telah menjadi kuk bagi bangsa Yahudi. peduli dan memperhatikan
Demikianbeberapa contoh tema retreat. Semoga memberi inspirasi. Jika Anda membutukan bantuan untuk mencari pembicara seminar, retreat, ibadah padang remaja. atau jika Anda membutuhkan powerpoint dan makalah seminar, retreat, ibadah padang, silakan hubungi HP.085228085470 ( Cp. Pdt. H. Agus Susanto, S.Pd.K) Dengan senang hati kami akan membantu
KepedulianTuhan Atas Dukacita. Lukas 7:11-17. Pendahuluan. Kita tidak dapat menyangkali satu fakta yaitu betapa sulitnya hidup di dalam dunia ini. Pencobaan, masalah, serta dukacita itu seakan tidak pernah terpisah dari kehidupan kita. Kadang di saat kita sedang dalam kebahagiaan, dukacita datang mengambil kebahagiaan kita. Bahkan tidak jarang
IlustrasiKhotbah Kristen tentang Ketaatan sampai Berkorban. Berikut ini adalah salah satu ilustrasi khotbah Kristen tentang ketaatan yang disadur dari buku Khotbah untuk Pendidikan Warga Jemaat, Hengki Wijaya, (2018:83): Apabila ketaatan kita kepada Tuhan belum mengharuskan kita untuk berkorban, maka kita sesungguhnya belum taat kepada Tuhan
ELIAMANUSIA PADANG GURUN. Elia adalah nabi yang melayani di Israel utara sekitar abad 9 SM. Ia muncul dihadapan raja Ahab dengan berita penghukuman. Ia menyatakan bahwa karena besarnya dosa keluarga Ahab dan bangsa Israel yang menyembah Baal, akan datang kekeringan panjang, dimana tidak akan ada embun atau hujan sampai Elia berkata bahwa hujan
Piringpiring Kotor Topik : Kembalinya Kristus Nats : Jadi sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya (1Yohanes 2:28)Bacaan : Matius 24:32-44 Ketika saya masih kecil, ayah saya sering melakukan perjalanan ke kota-kota lain untuk berbicara di berbagai gereja
Yakubpilih kasih terhadap anak -anaknya (kejadian 37:3) Seorang bapak yang baik seharusnya tidak pilih kasih, tidak memeda-bedakan anak. Seharusnya dia mengasihi seluruh anaknya. Oleh karena kecemburuan itu timbullah kebencian diantara anak -anaknya, pertikaian diantara keluarganya. Namun sayangnya yusuf tidak mau ikut campur akan permasalahan
2cj1. Ayat bacaan Filipi 22-3===================“karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri” Teknologi seharusnya semakin mempermudah kita dalam berhubungan dengan orang lain, tetapi yang terjadi seringkali sebaliknya. Kita tidak lagi menganggap penting untuk bertemu karena toh bisa digantikan dengan telepon atau bahkan sms dalam karakter yang diusahakan sesingkat-singkatnya agar lebih hemat. Jika dulu kita memilih untuk bertemu dan memberi ucapan secara langsung pada momen-momen khusus tertentu, sekarang email, jejaring sosial maupun telepon genggam bisa menggantikan semua itu, bahkan kepada orang yang tinggalnya tidak jauh dari kita. Manusia menjadi semakin individualis dan egois. Akibatnya dunia menjadi semakin dingin dan jauh dari kesan hangat. Tanpa sadar kita orang percaya malah ikut-ikutan terkontaminasi dengan kecenderungan dunia. Membangun kubu-kubu, mempertegas garis batas perbedaan dan tidak lagi peka terhadap kepentingan orang lain. Kepada saudara-saudara seiman atau satu gereja saja sudah begitu, apalagi kepada orang lain di luar. Ketika kasih kita seharusnya bisa menjangkau orang asing atau bahkan musuh sekalipun, saat ini yang terjadi justru jauh dari itu. Bahkan untuk peduli kepada orang-orang terdekat sekalipun sudah merupakan sesuatu yang sulit bagi kebanyakan orang. Dunia memang cenderung untuk terus membentuk manusia untuk bertambah egois dengan lebih mementingkan diri sendiri di atas segalanya. Orang terus merasa kekurangan dan merasa perlu terus menimbun. Mereka mengira bahwa kebahagiaan dan keamanan tergantung dari berapa besar harta yang dimiliki. Maka tidak heran ketika kita mendengar banyak orang yang berkata dengan mudahnya “jangankan mengurusi orang lain dulu, untuk diri sendiri saja belum cukup.” Dunia boleh saja semakin cenderung kepada gaya hidup individualis dan egois, tetapi lihatlah apa kata firman Tuhan yang berbicara sebaliknya. “karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.” Filipi 22-3. Sehati, sepikir, satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan, itu menggambarkan panggilan untuk bersatu dan bertindak bersama-sama seperti yang telah saya sampaikan dalam renungan kemarin. Selanjutnya lihatlah bahwa kita pun diminta untuk bersikap rendah hati dengan mengedepankan atau mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri. Sesungguhnya ini merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh orang-orang percaya, karena kasih yang kita miliki seharusnya mampu membuat kita untuk peduli kepada orang lain dan tidak berpusat kepada kepentingan diri sendiri. Ayat selanjutnya kemudian berkata “dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” ay 4. Kemarin kita sudah melihat penggalan doa Yesus yang mengangkat kerinduanNya akan persatuan di antara orang percaya sebagai hal yang menurut Yesus akan sangat menentukan seberapa besar dunia bisa percaya kepada Kristus “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” Yohanes 1721. Tidak kalah penting juga semangat dan cara pandang kita dalam menyikapi kepentingan orang lain dibanding kepentingan diri sendiri. Jika kita masih terus bersikap egois dan tidak peduli kepada orang lain, bagaimana mungkin orang bisa mengenal pribadi Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat kita dengan benar? Peduli kepada orang lain seringkali tidak cukup hanya sebatas kata-kata, tetapi sebuah perbuatan pun diperlukan untuk membantu mereka secara nyata. Kerinduan untuk memberi bukanlah tergantung dari seberapa besar harta milik kita, tetapi seberapa besar kepedulian kita terhadap penderitaan orang lain. Dan seringkali tidak perlu jauh-jauh untuk itu, karena disekitar kita pun ada banyak yang orang yang membutuhkan uluran tangan kita. Dan Firman Tuhan pun mengajarkan kita untuk mau memberi dengan sukacita. “Berilah dan kamu akan diberi suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” Lukas 638. Dengan demikian, jelas tidak pada tempatnya jika kita berharap Tuhan mencurahkan berkatNya kepada kita tetapi kita tidak peka sama sekali dengan penderitaan orang lain. Kasih yang dicurahkan dari Surga harusnya mampu membawa kita untuk memiliki belas kasih kepada orang lain, bukan saja yang kita kenal tetapi juga pada yang asing bagi kita. Begitu pentingnya hingga dikatakan “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.” Amsal 1917. Memiutangi Tuhan, itu menggambarkan betapa pentingnya bagi kita untuk membantu dan memberi kepada yang kekurangan, sekaligus menunjukkan betapa besarnya Tuhan menghargai setiap anakNya yang memiliki rasa belas kasih dan mau menjalankannya secara nyata. Firman Tuhan mengatakan bahwa Tuhan akan membalas setiap orang sesuai perbuatannya. “yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.” Roma 27-8. Hidup kekal kepada yang tekun berbuat baik dan hidup dalam kebenaran, tetapi murka dan geram kepada orang-orang yang sibuk mementingkan diri sendiri dan tidak peduli kepada penderitaan orang lain. Kerajaan Tuhan tidak akan bisa dinyatakan di dunia tanpa adanya kepedulian dari kita terhadap orang lain. Ketika dunia mengarah kepada bentuk-bentuk individualis dan egoisme, janganlah kita malah terseret ikut di dalam arusnya. Kita harus bisa menunjukkan perbedaan sebagai anak-anak Tuhan dan sahabat-sahabat Kristus, sehingga orang bisa melihat siapa Yesus itu secara benar. Menyambung apa yang sudah saya sampaikan kemarin, marilah kita bersatu dan bersama-sama memberi karya nyata di dunia, keluar dari batas-batas tembok gereja dan menjadi terang dan garam bagi sesama. Hanya dengan demikianlah kita bisa menyatakan besarnya kasih Tuhan kepada seluruh manusia. Nyatakan kasih Kristus kepada dunia melalui perbuatan nyata untuk menolong orang lain Follow us on twitter
ilustrasi khotbah tentang kepedulian